Senin, 08 Juni 2015

Merdekakan Sarafku #Day8

Selain dokter Zaky, dokter bedah saraf yang menanganiku bernama dokter Faris. Hari ini dokter Faris menunjukkan sebuah film di layar komputer, gambaran dari hernia nucleus pulposus yang aku pelihara selama lima tahun ini di tubuhku. 
Merinding rasanya; dua tulang yang telah rusak menjepit bantalan dan menekan saraf-saraf di sekitarnya. Allahu Rabbi. Dari penjelasan itu aku semakin tak dapat berkutik. Semakin tak sempurnanya diri ini. Pantaskah kukenakan kesombongan?, sesungguhnya sombong itu hanyalah pakaianMu ya Rabb.

Siang itu dokter Faris tidak sendiri, ada dokter Zaky dan dua orang perawat di sana, dan aku masih seperti biasanya ditemani Papa yang setia menjaga dan mencintaiku.

Saat slide-slide film diputar, berkali-kali aku permisi karena aku tidak duduk di kursi pasien, kudengar penjelasan dokter dengan berdiri, sebab nyeri begitu manjanya meminta perhatianku jika aku duduk. Seperti yang kurasakan seharian ini di Rumah Sakit, saat duduk, nyeri datang tanpa ampun, dan tak ada yang bisa kulakukan selain istighfar dan mengusap air mata.

Masih dalam penjelasan dokter Faris, gambaran bantalan yang normal ialah berada pada posisinya, sehingga saraf-saraf di sekitarnya tidak terjepit. Bantalan tulangku tepatnya di L1 bentuknya sudah tidak simetris sehingga saraf-saraf di sekitarnya terjepit.
Penjelasan dokter Faris memberi pelajaran buat kami, demikian sempurnanya penciptaanMu ya Allah. Ada sedikit yang mencoba error dari jalurnya saja menyebabkan tidak seimbangnya seluruh organ tubuh, ini terbukti saat nyeri menyebar kemana-mana. Barangkali nyeri yang ada adalah akibat dari terjepitnya saraf-saraf tersebut. Tugas dokter bedah saraf adalah memerdekakan saraf-saraf itu agar tidak terjepit lagi, dan jalan satu-satunya adalah dengan operasi. Dokter menanyakan kesiapanku. Aku pun menjawab dengan pengharapan agar Allah segera mengangkat penyakitku melalui tindakan apapun. Deal, rencana operasi pun ditanda tangani oleh dokter Zaky.

Lagi, Jika ditanya apakah aku siap operasi? Sangat siap! Rasanya sudah tak sabar menunggu hari bahagia itu, saat tim dokter membebaskan saraf-sarafku dari pasung yang menjepitnya.

Tolong segera merdekakan sarafku Dok, sebab aku yakin Allah akan mengangkat sakitku lewat tanganmu.
Mudahkan ya Allah..

Kota Kelahiranku, 8 Juni 2015

#KisahNyata untuk #NulisRandom2015 #Day8

Bersambung..

1 komentar:

  1. آمِّينَ..​​​آمِّينَ يَ رَ بَّلْ عَلَمِيّنْ

    BalasHapus