Rabu, 03 Juni 2015

Kunobatkan Nyeri Sebagai Kekasih #Day3

Di depanku dokter specialis bedah saraf; dokter Zaky Bajamal membaca hasil foto MRIku dan membandingkannya dengan foto yang sama dua tahun lalu. 

Mataku sudah berkaca-kaca. Aku sehat, sehat, sehat ya Allah. Itu bukan foto tulang belakangku kan?. Dadaku sangat sesak. Kenyataan yang sangat sulit aku terima. Fakta yang ada; aku sakit.
Keluar dari ruang dokter, ragaku seperti melayang. Aku lemas, tak memiliki tenaga sedikit pun. Pipiku banjir air mata.

Foto itu menceritakan tentang kondisiku yang sudah sangat parah, jika tidak segera tertolong aku bisa menderita kelumpuhan. Tangisku semakin menjadi, kali ini aku benar-benar kehilangan predikat perempuan tangguh.
Sebenarnya yang pantas sock saat itu bukan aku, tapi keluargaku, orang-orang yang kucintai dan mencintaiku. Sebab sekian lama aku sukses menjadi penipu.

Aku seorang penipu? Iya. Hampir dua puluh empat jam aku merasakan nyeri luar biasa, baik itu duduk, berjalan, berdiri bahkan tiduran. Tapi saat orang-orang tercintaku bertanya, selalu kujawab; aku baik-baik saja dan aku sehat. Parahnya jawaban itu bertahan hampir lima tahun ini.

Aku menderita Hernia Nucleus Pulposus atau disingkat HNP. Ialah suatu penyakit saat bantalan lunak di antara ruas-ruas tulang belakang soft gel disc atau Nucleus Pulposus mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf melalui tulang belakang.

Sakit yang kurasa hampir sama dengan saat tangan kita teriris pisau, sangat nyeri.
Saking sakitnya sampai aku lupa bagaimana rasanya hidup tanpa nyeri.

Aku dan nyeri saling akrab antara satu dengan yang lain. Bahkan jika sejam saja tidak muncul, aku malah bingung. Aku dan nyeri saling mencintai, saat ini dialah yang tak pernah lupa mengikutiku kemanapun aku pergi. Pantaslah kunobatkan nyeri sebagai kekasih. Kami mesra di manapun dan di waktu apapun. Karena kemesraanku dengan nyeri inilah yang membuat mulutku tak sampai hati mengeluh tentang nikmat Allah yang satu ini.
Sejujurnya aku pernah merasa bangga Allah memilihku memanggul amanah sakit seperti ini, dan syukurku selalu terbit saat mengingat ada mereka yang menderita sakit lebih parah dariku. Semoga ini menjadi tabungan dan salah satu karpet merah menuju surgaNya.
Nikmat Allah manakah yang pantas kudustakan?

Surabaya, 3 Juni 2015
Di antara kemesraan kami..

#KisahNyata untuk #NulisRandom2015 #Day3

Bersambung..


Aku lupa apa itu nyeri, 
apa itu perih 
dan apa yang membuat sendiku merintih. 
Kata dokter aku sakit, 
bagiku ini kecupan Tuhan yang menggigit
~@PutyAisy 19051

Tidak ada komentar:

Posting Komentar