Kamis, 25 Juni 2015

Menyehatlah Diri #Day25

Dini hari di kamarku, aku masih terduduk di atas kursi dengan balutan mukenah tanpa sajadah. Sejujurnya aku rindu memesrakan kening ini dalam sujud panjang di atas sajadah. Tapi fisikku masih belum mampu melakukan itu. Sholat masih kulakukan diatas kursi, ruku dan sujud dalam isyarat.  Rukhsoh yang aku dapat dari Allah di Ramadhan tahun ini.

Usai selesaikan salam dalam witirku, aroma wangi masakan ibu menyusup masuk kamar, benar-benar mengundangku untuk segera berburu makanan di dapur. Cihuy, aku ikut sahur ya Mam, kataku. Ibuku yang cantik itu hanya menjawab dengan senyum.

Ramadhan sudah memasuki hari kedelapan, dan aku belum ikut puasa sama sekali. Di hari ketujuh aku pernah mencoba untuk ikut berpuasa diam-diam. Di tengah perjalanan Naufa dan Ibu sudah menanyakan apakah aku sudah minum obat atau belum. Aku sudah minum obat saat sahur pagi. Tapi siang itu lukaku terasa nyeri sekali, waktunya minum obat nyeri. Ibu mengupaskan mangga manalagi yang diambil dari pohon depan rumah. Ayo dimakan, kata ibu. Minum obat sebab nyeri bekas operasi ini yang membuatku segera membatalkan puasa, dengan mencicipi mangga yang dikupas ibu, subhanallah manisnya.

Hari ini, hari kedelapan pasca operasi. Rombongan tamu masih saja mengalir untuk membesukku. Siang ini atasan papa, para ibu petinggi di kantor. Semua yang membesukku pasti akan berkomentar kok tiba-tiba operasi, dari pertanyaan itu aku harus cerita dari awal. Untungnya setiap kali ada yang menanyakan papa selalu bilang, itu jawabannya lengkap kutulis di blog pribadiku.

Perihal tulisan-tulisanku itu, pra operasi aku tidak pernah memberitahu tentang ocehanku di blog pribadi pada keluargaku, bahkan mereka tak menyangka aku sempat menuliskannya lengkap segala suka dukaku berpacaran dengan HNP. Pasca operasi kukirimkan link tulisanku pada mereka. Aku melihat air mata papa menetes setiap kali menggeser layar android. Lelaki yang kucintai itu tak dapat menyembunyikan rasa, entah sedih terharu atau bahagia, aku tidak paham. Yang kupahami papa selalu mencium keningku dan menitipkan doa; sembuh ya sayang. Kalau sudah begitu aku bandel, seperti anak Taman Kanak-kanak, menarik lengan papa dan mencegahnya beranjak dari sisiku.

Hari ini tak seperti biasanya, badanku meriang. Panas kurasakan seperti saat aku belum menjalani operasi. Bingung? Iya. Luka operasi terasa nyeri, tapi nyeri ini tiba-tiba teralihkan dengan kabar dari admin sekolahku kalau surat izin perpanjangan lembaga sudah kelar. Surat itu sudah kusiapkan sebelum ada panggilan operasi, tapi ternyata masih perlu ini dan itu, perlu tanda tangan papa sebagai ketua yayasan dan aku sebagai leader lembaga. Admin sekolahku masih bisa mengejar tanda tangan papa, tapi tanda tanganku? Pandai-pandainya partner guruku mengatasi masalah itu.
Alhamdulillah, bagiku mereka luar biasa. Satu masalah sudah teratasi. Tapi sore ini, aku meringkuk di dalam selimut di kamarku. Pendingin kamar hidup sempurna. Tak biasanya nyeri manja kembali di tubuhku. Untuk meredakan nyeri mungkin sore ini saatnya aku menyantap kuah ikan gabus yang dimasak Naufa dan Om Tian pagi tadi. Kuharap ini sementara..
Menyehatlah diri, ragamu telah ditunggu banyak makhluk di sana..

Di kamarku, 25 Juni 2015

#KisahNyata untuk #NulisRandom2015 #Day25

Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar