Sabtu, 27 Juni 2015

Aku Cemburu #Day27

Hari ini, Ramadhan memasuki hari kesepuluh. Aku iri pada mereka, iya mereka yang bisa merasakan nikmatnya berlapar-lapar di siang hari, meraup berkah dengan mudah lewat makan sahur. Atau merasakan leganya minum segelas air putih saat azan maghrib tiba.

Ramadhan tahun ini, sampai hari kesepuluh aku masih berbaring di tempat tidur, di kamarku; di ruang berAC, di saat mereka yang berpuasa barangkali menikmati terik matahari. Di kamar ini ada susu sapi, dan minuman yang siap aku teguk kapan saja saat azan zuhur, ashar ataupun tanpa mendengar azan aku boleh minum sepuasnya. Ada kue-kue, buah-buahan yang siap aku lahap kapan saja. Kalau aku lapar aku tinggal bilang; "maem" perawat-perawatku siap mengantar makanan tanpa menunggu azan maghrib.

Di saat semua sibuk makan sahur aku masih sibuk mengurai mimpi di balik selimut tebalku. Perawat-perawat tercintaku itu tidak tega membangunkanku kecuali jika aku mau bangun sendiri. Jika bangun pun aku melahap kue-kue yang ada tanpa menghiraukan sudah imsyak apalagi azan shubuh.
Saat sholat tiba, kami berjamaah di musholah rumah. Sholat sambil duduk, ruku dan sujud dalam isyarat, lama sebentar sudah kurasakan clekit-clekit di bagian bekas sayatan operasi. Jadilah berdoaku cuma sebentar saja.

Jujur aku cemburu dengan mereka yang begitu khusyuknya bertadarus, sementara aku khusyuk dengan ponselku. Aku cemburu dengan mereka yang bisa melakukan tarawih dengan tuma'ninah sementara dalam masa pemulihan ini kondisiku tidak jauh berbeda saat HNP masih bersamaku.

Ramadhan di sepuluh hari pertama ini belum kurasakan perbedaan nyata seperti Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Kalau dulu kehadirannya benar-benar kunantikan, persiapan fisik dan segalanya harus benar-benar tertata rapi, apalagi saat Naufa balita program Ramadhan for Kid untuknya sudah disiapkan sebelum Ramadhan tiba, membelajarinya berpuasa sejak pukul sembilan pagi hingga dia dewasa bisa menunaikan puasa penuh sampai maghrib, mengajaknya gemar berinfak, sampai menyiapkan papan prestasi dan reward untuknya, semuanya mulus terkonsep dan tercapai.

Menyambut Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya seperti menyambut hadirnya kekasih hati. Saat menetapkan satu Ramadhan pun tak kalah hebohnya browsing sana-sini, menunggu sms dari musyrifahku apakah sudah mendapat kabar hilal telah terlihat atau justru ada penggenapan Sya'ban karena bulan tertutup mendung, peristiwa-peristiwa itu dari tahun ke tahun kunikmati dengan indah, dan subhanallah tahun ini benar-benar berbeda.

Tanggal dua puluh sembilan Sya'ban aku memulai opname di rumah sakit, praktis pikiranku tercurah pada masa pra operasi. Sampai akhirnya aku menjalani operasi dan di masa pemulihan aku masih belum berani berpuasa.
Ramadhan tahun lalu bersama teman-teman halqah melakukan sebar takjil dari rumah ke rumah. Ramadhan tahun ini hanya bisa menyupport kegiatan mereka dari jauh. Sejujurnya aku sangat kangen suasana halqah, tapi kadang ketakutanku muncul. Aku belum bisa duduk di lantai, kalaupun duduk di kursi aku belum bisa berlama-lama, tidak sampai sepuluh menit lukaku sudah menjerit galau.

Wajar tidak kalau aku rindu suasana Ramadhan yang dulu? Ramadhan yang benar-benar nyangkut di hati. Ramadhan yang tak kulewati sedikit pun dengan menarik simpati Penggenggam napasku, Ramadhan yang aktif dengan membina kajian adik-adik remaja, melingkar bersama ibu-ibu yang ingin mendengar sedikit kebaikan dari lisanku. Wajar tidak jika aku cemburu pada teman-teman mahaliku yang sibuk meriayah ummat dengan begitu antusiasnya? Wajar tidak jika aku harus galau saat tak kutemukan kehangatan Ramadhan seperti biasanya? Ah, ke mana Ramadhanku yang dulu?

Kalau aku bertanya pada keluargaku tentang aktivitas yang seperti dulu, semua serempak menjawab; aku harus sembuh dulu. Saat aku bercermin dan bertanya pada nuraniku, ada senyum menyeringai. Jika ada galau saat tak kulakukan kebaikan itu tandanya jiwaku sedang sehat. Ini jawaban indah untuk menentramkan pikiranku. Semoga hanya raga ini yang sedang perlu penyembuhan ya Rabbku. Maka mesrakan ia saat sedang membasahkan bibir dalam zikir saat berkhalwat denganMu..

Surabaya, 27 Juni 2015

#KisahNyata untuk #NulisRandom2015 #Day27

Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar