Selasa, 23 Juni 2015

Di atas Kursi Roda #Day23

Selasa, 23 Juni ini jadwal pertama kontrol ke rumah sakit. Jalanku sudah mulai sempurna meskipun tidak bisa cepat. Lagian kan bukan balapan ya, jadi tak perlu cepat-cepat.
Turun dari mobil, kami menuju lobi utama rumah sakit ini yang disebut Grha, namanya mirip perumahanku. Tapi tulisannya tidak ada huruf a di belakang huruf r.
Ketika memasuki gedung Grha di rumah sakit ini kita sudah ditunjukkan sebuah icon tempat yang elit. Rumah sakit berkelas, bagus dan bersih, mungkin itu yang ada di kepala kita. Kalau diteliti lebih dalam sebenarnya bukan hanya tampilannya yang mentereng, tapi pelayanan di sana juga sangat bagus. Dari petugas parkir, securiti, sampai cleaning servisnya mereka murah senyum, baik dan sangat ramah. Haha aku bukan sedang mengiklankan rumah sakit ini loh.

Setelah melewati antrean, aku duduk di kursi roda untuk didorong menuju ruang tunggu di poli bedah saraf. Sejujurnya naik kursi roda ini sungguh malu rasanya. Secara, semua mata menatapku lucu. Apa iya mereka yang melihatku duduk di atas kursi roda akan percaya kalau aku sakit?, secara kasat mata wajahku masih segar, terlihat masih secantik anaknya bu Robinatin, fisikku juga seger--segerdu, hehee. Pemandangan yang jamak adalah mereka yang di dorong pakai kursi roda fisiknya ringkih, kalaupun segar pasti raut wajahnya sudah tua. Ya sudahlah, memang pantas kalau kebanyakan pengunjung akan mengalihkan perhatiannya padaku, memang sudah garis nasib aku harus duduk di atas kursi roda hari ini, daripada berjalan tertatih-tatih sambil meringis, bisa-bisa nyampai poli sudah azan maghrib, hihii.

Ingat kursi roda, ingat saran keluarga pasien yang sempat melihatku berjalan pelan sambil meringis menahan sakit saat dua hari pasca operasi. Jalanku saat itu memang tak selincah hari ini, persis keong kalau aku bilang. Eh, keluarga pasien bilang minta saja dibelikan sepatu roda sama papa, supaya jalannya bisa lebih cepat dan terlihat keren. Auw, iya juga aku pasti lebih keren pakai sepatu roda haha. Naik kereta dorong dilihatin orang, pakai sepatu roda pasti lebih dilihat banyak orang. Yeaah, memangnya mau bikin sensasi?.

Sampai di ruang tunggu, yang mirip counter-counter di mall, rumah sakit ini didesain sangat apik, ruangan tertutup kaca dengan pencahayaan yang indah. Ruang tunggu berAC dan free wifi membuat keluarga pasien jauh dari boring. Di ruang tunggu ini ternyata yang duduk di kursi dorong bukan cuma aku. Ternyata dari empat pasien ada tiga orang pasien yang datang dengan naik kursi dorong. Satunya kakek-kakek pasien yang mengidap pusing berkepanjangan akibat cairan di kepalanya, dan nenek-nenek yang entah sakit apa, satunya lagi aku pasien termuda dan tercantik, haha. Kami semua pasien bedah saraf yang menunggu kedatangan dokter idola; dokter Zaky Bajamal. Seorang dokter profesional yang memiliki sifat humoris luar biasa. Dokter yang selalu memberikan semangat kepada pasiennya supaya tidak manja. Ouw.. aku melirik sepatu rodaku, eh kursi rodaku. Duh, di depan dokter Zaky nanti, pastinya aku harus menyingkirkan benda itu dan berjalan tegap seperti orang sehat. Hihi..

di Surabayaku, 23 Juni 2015

#KisahNyata untuk #NulisRandom2015 #Day23

Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar