Jumat, 05 Juni 2015

Segalamu Menguatkanku #Day5


Pagi di hari kelima ini aku memulai aktivitas ke sebuah tempat, di mana seribu bunga ditebar, tempat seribu pelangi dilengkungkan, dan sebuah tempat di mana berjuta kisah disematkan; Islamic Preshool-ku tercinta, inilah rumah keduaku dengan anggota keluarga yang kucintai dan mencintaiku. Di tempat ini kutemukan banyak guru hidup, pengalaman yang terurai cantik, dan cinta yang bergelantungan di setiap langit-langit ruangnya. Tempat yang indah.

Saat berada di tempat ini, nyeriku menyeruak ramai. Ia sembunyi-sembunyi membisikkan keberadaannya. Aku tahu, di tempat seindah ini pun nyeri tak mau kalah meminta perhatianku utuh. 

Di tengah renyah tawa anak didikku, nyeri datang tanpa malu. Ditengah keceriaanku bertepuk tangan, berdendang, ia membuntutiku, merengek-rengek minta disayang.

Hari ini berjalanku sudah tak selincah sebelumnya, ragaku tak setegak biasanya. Hanya wajahku yang masih penuh canda dan tawa seperti tak ada sakit yang kurasa. Aku harus terlihat tangguh, itu sebenarnya yang ada di pikiranku, jika aku rapuh bagaimana dengan teman-temanku? Anak buahku? Hee.. aku tak suka menyebut mereka anak buah, mereka adalah partner kerja yang telah menjadi bagian hidupku. Mereka adalah saudara yang dihadiahkan Allah padaku meskipun kami tak sedarah.

Hari ini tugas akhir tahun ajaran numpuk di meja kerjaku. Rasanya ingin sekali menyelesaikannya satu persatu. Tapi lagi-lagi aku kebingungan menata posisi dudukku. Memang aneh, duduk model apa saja tulang belakangku berasa remuk. Kalau sudah begini aku berharap dokter menyegerakan tindakan medis untuk kesembuhanku. Sebab nyeri ternyata tak hanya berpusat di daerah tulang belakang tapi sudah menyebar ke bagian kaki. Mungkin benar dari semua teori penyakit HNP yang pernah kubaca, seiring dengan perkembangannya nyeri akan menyebar kemana-mana.

Di rumah keduaku ini, aku banyak berbagi dengan teman-teman tentang nyeri yang selama ini aku sembunyikan. Seorang teman menangis tersedu, beberapa kali menyeka air matanya. Ada yang menyeka badanku, mengirimkan komat-kamit doa di tengah kesakitanku, ada yang berinisiatif mengajak anak-anak berdoa khusus untukku setiap pagi. Subhanallah, berkali-kali kurasakan bahwa di tempat inilah banyak makhluk yang menyuburkan mimpi sembuhku. Sakit ini segera berlalu karena ada mereka yang menguatkanku.

Tulisan ini, tak bermaksud meminta belas kasihan pembaca, sebab sedikit pun aku tak ingin dikasihani. Saat-saat seperti ini tak ada hadiah yang paling membuatku bahagia selain doa, dan hari ini ponselku memang lebih ramai dari biasanya, doa mereka orang-orang yang masih peduli dengan kesembuhanku datang satu persatu. Dengan sangat berharap segala pelukan jauh dari mereka dikabulkan olehMu, Duhai pemilik kesembuhan.

Pukul 20.49 ponselku tiba-tiba berdering, satu pesan dari dokter bedah sarafku; Senin siang kita ketemu mbak, pukul sebelas siang karena pagi saya ada operasi pasien. Allahu Rabbi, pesan itu berasa seperti oase di tengah perjalananku melewati gurun pasir.

Terima kasih ya Allah,
jika ajalku telah datang dalam sakit ini, maka senangkanlah aku, jika masih jauh hilangkanlah penyakitku, dan jika sebagai cobaan, sabarkanlah aku.

Surabaya, 5 Juni 2015

#KisahNyata untuk #NulisRandom2015 #Day5

Bersambung

1 komentar:

  1. Catatan yg indah, menikmati tulisanmu serasa ada bersamamu, hanyut dalam perasaan laramu, nyerimu, bahagiamu dan sederet mu, mu, lainnya. Teruslah semangat dan berjuang utk kesembuhanmu Put. InsyaAlloh do'a anak didikmu dan sahabat2mu di Ijabah oleh Gusti Alloh Swt.

    BalasHapus