Selasa, 09 Juni 2015

Di bawah Langit Surabaya #Day9

Ini perjalanan pulang kami dari rumah sakit. Sore yang eksotik, dengan langit Surabaya yang anggun. Di atas tol, dari dalam mobil kuamati keindahannya menghampar dasyat. Maha suci Engkau ya Allah, pelukis keindahan ini.
Di sampingku, driver tercintaku; Papa, tiba-tiba nyletuk. Sampai saat ini Papa penasaran dengan misteri langit. Langit itu apa ya?, kalau bumi, mars sudah pasti bentuknya, tapi langit itu apa?
Aku tertawa, aku malah tidak paham hal itu. Yang aku mengerti, langit banyak memberikan inspirasi untuk puisi-puisiku.

Alam yang menghampar ini demikian tunduknya pada kuasaMu ya Allah. Mereka bertasbih sepanjang siang dan malam. Taat berjalan pada jalurnya masing-masing. Tak ada iri antara satu dengan yang lain.
Semasa kecil dulu, sebelum bercita-cita menjadi guru, cita-citaku adalah menjadi seorang astronot. Aku penasaran bagaimana rasanya berada di ruang angkasa. Jika sampai di sana mungkin aku akan teriak sekeras-kerasnya.
Ingat ruang angkasa teringatlah aku pada nyeri ini. Pernah suatu hari tanpa sadar air mataku meleleh karena begitu ribetnya menata tubuh, berbaring terlentang terasa sakit, menghadap kanan sakit, menghadap kiri juga sakit, telungkup apalagi lebih sakit. Ampun, aku angkat badanku terasa berat. Sampai pikiranku nakal sekali, jika tak ada gaya gravitasi barangkali tak perlu kurasakan beban yang berat ini dan yang tak ada gaya gravitasinya adalah ruang angkasa. Aha, manisnya memulang kenangan mengecup ingin di secawan masa kecilku.

Masa kecil? Sungguh indah masa itu, masa di mana tak ada beban hukum pada kita. Jika saja diwafatkan di usia itu, tanpa hisab pasti masuk surga. Dulu saat aku kecil begitu siapnya melangkahkan kaki menuju surga, siap mati di usia muda. Kemudian dulu jika ada yang menanyakan tentang cita-citaku, kujawab; ingin masuk surga. Simpel banget.
Menjadi dewasa dan sudah setua ini, segala yang kita lakukan tak luput dari pertanggung jawaban. Jika membincang surga, berapa banyak kita yang katanya rindu surga, tapi tanpa ada upaya meraihnya. Saat kesempatan meraih tiket surga diberikan lewat sakit, berapa banyak kita yang tidak terima, sering melalaikannya, bahkan tidak melakukan ikhtiar apapun.
Aku?, pernah dulu. Dan ini nasihat indah untukku.

Hari ini tulisanku benar-benar random, lewat random ini kutemukan bagaimana cara bersenang-senang dengan kata sambil memandang langit Surabaya. Lalu aku titipkan segala doa-doa. Kuundang teman-teman tercinta untuk meninggikan harap, peluk rapuhku dengan doamu kawan, raga ringkih ini masih memiliki semangat tangguh untuk sembuh. Siapapun engkau di sana langitkan doa segera, agar aku bisa mengintipnya, sebab jauh bukan masalah karena sesungguhnya langit kita sama..

Di bawah langit Surabaya, 9 Juni 2015

#KisahNyata untuk #NulisRandom2015

Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar