Sabtu, 06 Juni 2015

Jatuh Tercantik #Day6

Juni, lembar ke enam dua ribu lima belas. 

Hari ini ragaku sedang dalam perjalanan menuju Kasembon Malang, menghadiri pernikahan putranya Pak De. Sejak pagi aku sudah bercakap dengan kekasihku; nyeri. Kuajak dia berdiskusi agar di perjalanan nanti ia tidak manja. Aku tahu hari-hari terakhir ini ia sering bersedih, ia merasa bahwa upayaku saat-saat ini akan menjadi hari-hari terakhir bersamanya. Aku sampaikan bahwa cinta kami harus terpaksa berhenti. Suatu saat ia harus pergi dan jangan pernah kembali lagi.
Rupanya, dia memang tak bisa diajak kompromi, dimanapun berada memintaku memerhatikannya. Di sepanjang perjalanan jeritnya menjadi-jadi. Apa yang bisa kulakukan, selain menikmatinya dan mensyukuri kehadirannya.

Kekasihku ini, hadir dalam hidupku secara tiba-tiba. Kapan datangnya pun aku tak pernah tahu. Kutanyakan pada dokter penyebabnya, tapi semua dokter yang pernah merawatku justru balik bertanya, apakah punya pengalaman jatuh? Sebab bantalan tulang yang keluar dari jalurnya bisa disebabkan karena penderita pernah memiliki riwayat jatuh, kata dokter. Jatuh?..

Jika saja benar HNP ini disebabkan oleh pengalaman jatuh. Barangkali salah satu terjatuhku dari motor menjadi penyebabnya. Saat kuliah dulu jatuh dari motor menjadi habit terindah saat di jalan. Dari jatuh tercantik sampai jatuh paling memalukan sudah pernah aku alami.


Jatuh tercantik kualami saat pulang kuliah menuju rumah, saat mata ini begitu berat, kantuk menyerang tanpa ampun. Tiba-tiba saja motor sudah berada di semak-semak, tubuh ini sudah dalam posisi duduk cantik sementara di sekelilingku banyak pengendara berhenti dan mencoba mengulurkan bantuan. Kecelakaan tunggal kata mereka. Mbak ngantuk ya?, aku hanya menjawab dengan anggukan sambil tersenyum. Peristiwa lucu itu tak akan bisa terlupakan. Jatuhnya memang cantik, tapi masya Allah malunya. Hehe.

Kejadian terjatuh yang lain ialah saat berangkat kuliah menghindari jalan berlubang, motorku malah terperosok masuk dan sebelum jatuh sempat menyerempet motor kakek-kakek yang membonceng cucunya. Bajuku penuh lumpur. Ini tak kalah memalukan karena aku harus mengikuti kuliah yang tidak bisa aku tinggalkan.

Pengalaman jatuh yang lain masih banyak dan masing-masing aku telusuri satu persatu, kira-kira jatuh yang manakah yang menyebabkan bantalan tulangku keluar dari jalurnya.
Akibat makan asam garam dalam urusan jatuh, siapa sangka justru membuka pintu perkenalanku dengan nyeri, hingga kami semesra ini.

Dalam tulisan ini aku berpesan kepada teman-teman; kita tidak pernah bisa menghindari takdir saat kita harus terjatuh. Akan tetapi kita bisa mengupayakan agar tidak ada peluang yang menyebabkan kita terjatuh.
Semoga Allah melindungi kita dari hal-hal yang membuat kita jatuh. Kecuali jatuh cinta kepada pasangan halal kita. So!

Dalam perjalanan berangkat dan pulang;
Surabaya-Malang, 6 Juni 2015

#KisahNyata untuk #NulisRandom2015 #Day6

Bersambung..

1 komentar: