Minggu, 07 Juni 2015

Deadline.. #Day7

Hari ketujuh,
aku tak ingin menulis kesedihan. Di meja takdir ini Allah menjamu hidupku dengan hidangan yang lezat dan nikmat. Sungguh tak bersyukurnya aku jika tulisan-tulisanku hanya berisi keluhan.

Hari ini akan kuperkenalkan temanku, namanya deadline. Deadline? Who? Deadline is time limit: the time by which something must be done or completed. Wow..!!
Dalam bahasa Indonesia artinya batas waktu, waktu di mana sesuatu pekerjaan harus dilakukan atau diselesaikan.

Pagi tadi deadline menjengukku tiba-tiba. Aku kaget bukan main, lihat kalender sudah tanggal tujuh. Kubaca tugasku satu persatu. Hiks.. hari ini di schedul-ku adalah deadline laporan akhir semester, deadline program kerja, ini dan itu. Kulirik laptopku, ya Rabb benda itu, kalau aku mendekat padanya tanpa diminta sudah pasti kekasihku menghampiri. Kekasih? Iya, nyeri. Padahal hari ini aku tak ingin membahasnya lagi.

Bismillah untuk yang mulia deadline, aku mulai hidupkan laptop lawasku. Masih cantik, dulu dialah yang paling setia mengawalku saat kuliah. Saat pundakku masih kuat menggendong benda seberat itu. Dulu masih belum ada gadget-gadget canggih dan simpel seperti hari ini, kuliah saja yang membawa laptop bisa dihitung dengan jari. Itupun laptopnya besar dan sangat berat hihi. Dulu dia yang setia padaku, sekarang akulah yang setia padanya, dari laptop pribadi yang kumiliki cuma dialah yang paling sering aku ajak berembug tentang program sekolah. Kalau laptop lain tugasnya untuk mengembangkan talentaku.

Kunyalakan pelan-pelan laptopku. Belum genap lima menit, pinggang sebelah kiri serasa disayat benda tajam yang sakitnya masya Allah. Nyeri itu bersambung menuju kaki. Ampun, Allah tak sedang bercanda denganku. Setiap kali duduk nyatanya itu yang muncul. Kuhela napas panjang. Ingat deadline, deadline, deadline. Lawan! Kupaksakan diri menahan nyeri dengan berbaring. Sekian tahun aku bisa melakukannya, mengerjakan tugas-tugasku dengan berbaring. Alhamdulillah sebagian selesai.

Duh, deadline. Mengapa kutetapkan deadline lebih awal?, sejak aku fokus dengan nyeri ini semuanya seperti berlari. Sama seperti ketika aku menugaskan sesuatu pada teman-teman. Mereka sangat paham mengapa harus dikerjakan lebih awal. Rupanya kami semua menjadi kumpulan manusia yang sedang siaga. Pengalaman dua tahun lalu, saat pembacaan hasil MRI oleh dokter sarafku, aku sudah tidak boleh pulang ke rumah. Hari itu juga check in dengan status; pasien pro operasi di sebuah rumah sakit.
Berguru dari yang sudah-sudah, teman-teman pun bahu membahu menyelesaikan tugas lebih awal hingga deadline begitu dekat. Jika nanti kutinggal beberapa hari semuanya sudah siap.

Hari ini, aku mendapat pelajaran dari sebuah deadline. Deadline menjelma monster yang mengejar kami untuk menyegerakan sesuatu karena ada batas waktu.
Andai masing-masing kita menyadari bahwa setiap waktu berlari, kematian menghampiri. Sayangnya Allah tak pernah membocorkan kapan kita mati. Sebab itu semestinya masing-masing kita menetapkan setiap detik menjadi deadline mencari bekal mati. Sebab kematian tak pernah menunggu kita siap atau tidak.
Lalu mampukah kusiapkan lebih awal segala bekal mati, sebelum Izrail berhadapan dengan deadline atas nama nyawaku ini..?

Surabaya, 7 Juni 2015
Di antara 'deadline time'

#KisahNyata untuk #NulisRandom2015 #Day7

Bersambung..

5 komentar:

  1. Puisinya romantis, syahdu dan menghanyutkan

    BalasHapus
  2. Puisinya romantis, syahdu dan menghanyutkan

    BalasHapus
  3. Apakah tulisan saya spt puisi?

    BalasHapus
  4. Maturnuwun sudah diingatkan utk mempersiapkan bekal menuju rumah yg abadi.

    BalasHapus